Untuk Sehat Harus Kaya Dahulu?
Pernahkah Anda mendengar kalimat satire orang miskin dilarang sakit? Jika pernah mendengarnya maka judul artikel Untuk Sehat Harus kaya Dahulu tentu tidak salah bukan? Sehat tidak hanya secara fisik tetapi juga mental. Maka saya membuat blog ini untuk mensosialisasikan pandangan saya bahwa sehat untuk jaman now tidak hanya secara fisik saja, berapa tekanan darah anda? berapa gula darah anda? berapa kholesterol anda? Tidak lagi sesederhana itu.
Merujuk undang-undang kesehatan nomor 17 tahun 2023, pengertian kesehatan adalah keadaan sehat seseorang, baik secara fisik, jiwa, maupun sosial, dan bukan sekedar terbebas dari penyakit untuk memungkinkannya hidup produktif.
Tantangan manusia modern memang semakin kompleks. Orang awam menandai sehat ya tidak sakit. Atau kebalikan sakit itu ya sehat. Terlalu simpel, sehingga orang menggampangkan kondisi kesehatan, jika tidak terlihat sakit ya artinya sehat. Padahal kesehatan tidak semata-mata masalah fisik saja.
Menurut WHO (World Health Organization) mendefiniskan sehat adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Tantangan Masyarakat Modern
Kondisi kesehatan masyarakat saat ini sangat memprihatinkan, bukan karena rendahnya pelayanan kesehatan, atau sedikitnya sarana prasarana yang ada, tetapi lebih pada kompleksitas masalah yang dihadapi masyarakat yang membuat mereka tidak sehat secara paripurna. Jika sehat hanya tentang angka-angka hasil cek laboratorium dan mengabaikan perasaan kecemasan terpendam yang dirasakan individu, maka tidak bisa dikatakan sehat.
Sosialisasi bertema kesehatan untuk masyarakat sudah banyak dilakukan, tetapi belum cukup mengubah perilaku yang semula tidak peduli menjadi peduli kesehatan. Memang tidak mudah mengubah perilaku. Sosialisasi saja tidak cukup untuk mengubah perilaku.
Tantangan masyarakat modern bukan kelangkaan informasi kesehatan tetapi sebaliknya kebanjiran informasi. Informasi apa saja masuk dengan mudah seiring kemudahan akses internet. Banyak sekali informasi kesehatan yang bisa dilihat di laman internet. Bahkan tidak harus perlu membaca, cukup melihat dan mendengarkan saja berbagai podcast edukasi kesehatan dengan mudah bisa diakses asalkan punya kuota internet memadai.
Tetapi untuk menggapai perubahan perilaku memerlukan kesadaran diri untuk berubah. Itu tidak mudah. Perubahan perilaku membutuhkan perubahan kebiasaan. Semisal, seseorang ingin mengubah perilaku mengurangi makan dan minum manis. Maka seseorang itu harus membangun tujuan mengapa ingin mengubah perilaku mengurangi makan dan minum manis. Tujuan yang pasti dan terukur akan meningkatkan kesadaran untuk menghilangkan kebiasaan lama makan dan minum manis dan menggantinya dengan membiasakan makan dan minum yang tidak terlalu manis. Membangun kesadaran untuk membiasakan hal baru membutuhkan pondasi yang kuat berupa pengetahuan tentang bahaya berlebihan mengkonsumsi makanan dan minuman manis, jenis makanan dan minuman manis dan jenis makanan dan minuman komplementernya. Dua hal itu perlu ditopang langkah ketiga yang sangat penting yaitu konsistensi.
Tiga elemen yakni tujuan, pengetahuan dan konsistensi menjadi tantangan sekaligus hal yang menyenangkan untuk dimiliki seseorang yang ingin berubah. Tidak saja menjadi kompas atau petunjuk arah agar proses perubahan perilaku memiliki makna, tetapi juga menjadi landasan dasar perubahan perilaku.
Tantangannya adalah tidak banyak yang peduli dengan dirinya sendiri. Makan dan minum adalah dua kegiatan yang menyenangkan. Setiap orang berhak makan dan minum sesuai selera seberapapun banyaknya. Takaran yang tepat untuk tubuh banyak yang tidak mempedulikan, sehingga ketika tubuh merasakan sakit barulah mencari tahu penyebabnya. Banyak faktor pencetus tubuh sakit. Faktor pola makan, gaya hidup, stres, kurang tidur dan lain-lain. Respon tubuh terhadap intake makanan dan minuman yang masuk berlebihan atau kekurangan berbeda-beda. Ada yang langsung renponsif dengan memberikan sinyal tubuh yang merasa tidak nyaman, sebaliknya ada yang tidak responsif sehingga ketika tubuh sudah sakit parah baru merasakan sakit.
Kesibukan menjadi alasan rendahnya kepedulian, tetapi bukan hanya masalah kesibukan secara fisik yang membuat manusia modern kehilangan diri untuk lebih peduli diri sendiri. Faktor tekanan hidup bisa menjadi penggerus melemahnya kondisi fisik dan mental.
Bandingkan perubahan gaya hidup dalam tiga dekade terakhir. Jika Anda generasi 90an pasti merasakan perbedaan luar biasa kehidupan dengan generasi tahun 2025. Dulu tidak ada media sosial, tidak ada internet, banyak kegiatan dilakukan secara manual. Semua tampak lambat tapi nyaman. Berbeda dengan saat ini, segalanya bisa dipercepat di hampir segala lini kehidupan. Percepatan itu di satu sisi memudahkan kehidupan tetapi di sisi lain membuat manusia terpaksa berlari-lari. Banyak pekerjaan yang hilang tergantikan mesin, robot dan kecerdasan buatan (AI).
Jika pekerjaan manusia dirampas oleh benda buatan manusia, lalu bagaimana keterlanjutan hidup manusia?
Kaya dan Sehat Versus Miskin dan Sakit
Betapa provokatifnya sub judul di atas. Yach, apakah itu sesuai kenyataan atau hanya pernyataan kontroversial saja?
Kaya dan sehat adalah kondisi yang sangat ideal dan diinginkan setiap insan. Saya ingin seperti itu, kurasa Anda juga ingin seperti itu. Orang kaya memiliki segalanya untuk mengusahakan kesehatannya. Dia bisa tinggal di rumah yang bagus dan higienis, makanan dan minuman sehat terjamin, jaminan kesehatan yang terjamin, bisa memilih rumah sakit terbaik di dunia ketika sakit. Sebaliknya, orang miskin memiliki banyak keterbatasan, tidak memiliki banyak pilihan dan tidak bisa memilih mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan terbaik. Orang miskin dan sakit seolah tidak berdaya, seperti lingkaran setan yang melingkar-lingkar tanpa ujung pangkal.
Lalu datanglah konsep asuransi kesehatan yang mula-mula muncul sejak jaman kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka konsep asuransi kesehatan tetap dilanjutkan dan terus disempurnakan hingga sekarang untuk mencakup seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali. Jaminan asuransi kesehatan yang saat ini sudah ada perlu terus diperbaiki dan disempurnakan demi pelayanan yang terbaik untuk seluruh masyarakat segala strata sosial.
Semangat gotong royong perlu dipupuk terus agar program jaminan pelayanan kesehatan ini dapat menjangkau semuanya. Jaminan asuransi kesehatan gratis memang diperuntukkan untuk masyarakat miskin. Tetapi kelemahan jaminan asuransi kesehatan gratis adalah keterbatasan pilihan fasilitas kesehatan, terbatasnya batas maksimal perawatan, dan keterbatasan tenaga medis dan fasilitas yang direkomendasikan.
Semua Harus Sehat
Yakinlah bahwa nikmat sehat itu untuk semua, tanpa harus dikelompok-kelompokkan. Kesehatan adalah anugerah Tuhan, cara manusia menghargai jiwa dan raganya dan cara manusia bersyukur atas hidup yang dilimpahkan oleh Sang Pencipta. Jangan percaya dengan kalimat satire bahwa untuk sehat harus kaya dahulu.
Banyak orang yang terkecoh dengan ungkapan olok-olok itu. Banyak orang kaya (dulunya miskin) lupa diri. Dendam masa lalu yang serba susah membuat masa tua yang seharusnya dipergunakan untuk mengelola kebijaksanaan seolah gagal total. Mereka makan segala, makan tanpa tahu batasan diri, bergaya hidup yang bertolak belakang dengan masa lalu, hura-hura yang berujung huru-hara diri. Tubuh jatuh sakit, lunglai tanpa mampu memahami diri dan sekitar. Seolah hasil keringatnya menjadi sia-sia. Makan dan minum serba dibatasi, hidup tidak lepas dari obat dan dokter.
Ternyata orang kaya juga bisa sakit, apalagi orang miskin. Semua bisa sakit, sebaliknya semua bisa sehat. Kini semua tergantung pilihan Anda. Mau hidup dalam kesakitan maka kerjakan semua tanpa takaran, semua hal, tidak hanya soal makan tetapi juga soal pola pikir dan pola hidup.
Kurangi segala hal agar semua berjalan sesuai takaran. Jika selama ini Anda suka banyak bicara, kurangi bicara, perbanyak merenung dan mendengarkan. Jika selama ini Anda suka reaktif menghadapi situasi hidup yang menurut Anda menyebalkan, maka kurangi sikap reaktif itu. Slow down sajalah. Sikap reaktif hanya memperjelas posisi Anda yang belum bijaksana. Diam saja, biarkan orang lain mengecewakanmu, semua akan baik-baik saja pada akhirnya.
Sehat itu tak hanya soal fisik saja. Bagaimana suasana hatimu? Jika masih suka mengedepankan rasa sakit hati dan marah, maka Anda belum termasuk sehat. Ingatlah bahwa sehat mencakup fisik, jiwa dan sosial. Anda harus bertekad untuk berjuang menggenggam unsur-unsur itu. Jiwa yang lelah akan memperngaruhi kondisi fisik.
Bersosialisasi terbatas cukup memberikan nuansa menyegarkan bagi jiwa dan raga. Semua tergantung karakter Anda. Jika introvert sosialisasi terbatas lebih membantu dibanding sosilasiasi luas, sebaliknya jika ekstrovert lebih nyaman bersosialisasi luas. Terserah Anda, sesuaikan saja.
Posting Komentar untuk "Untuk Sehat Harus Kaya Dahulu?"