Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kampanye Pola Hidup Sehat Melawan Gaya Hidup Kekinian : Sebuah Ironi-Ironi Kecil yang Menggelikan

 Oleh : Woro Merdekawati


Dunia memang penuh dengan paradoks. Hitam putih, baik buruk, sehat tidak sehat. Selalu ada dua sisi berkebalikan untuk menciptakan keseimbangan. 

Demikian juga saat kita membicarakan kampanye pola hidup sehat. Jika  dipikir-pikir kampanye itu sangat bagus untuk mengingatkan masyarakat menjalani pola hidup sehat. Tetapi pada realitanya kemajuan industri makanan sangat luar biasa dalam beberapa dekade ini. Makanan cepat saji mengalami perkembangan sangat signifikan yang ikut mempengaruhi pilihan makan masyarakat.

Kegagalan Menyemai Kuliner Warisan Leluhur

Dahulu saat saya masih bocah, gado-gado , pecel bakmi, plencing kangkung adalah kuliner yang sangat popular. Selain penuh gizi harganya sangat terjangkau. Bahkan kegiatan lotisan (buah-buahan mentah yang diiris agak besar, dimakan  dengan sambal manis terbuat dari tumbukan gula jawa, cabai, garam, kacang goreng, asam jawa) lalu dinikmati bareng-bareng kawan sepermainan, sungguh sangat menyenangkan. Es limun dan es serut (gosrok) begitu menyegarkan diminum di kala siang yang terik.

Waktu berganti menuju masa remaja dimana mie ayam dan bakso mulai populer dan menggeser  pecel bakmi dan gado-gado dari daftar makanan favorit kami saat nongkrong. Es limun dan es serut mulai berganti dengan es teler, sop buah, es teh, es jeruk dan es soda gembira.

Ketika dewasa kulineran semakin beraneka ragam. Makanan cepat saji berbau Amerika dan Eropa menjangkiti kami. Ayam krispy, burger, pasta, pizza, donat serta minuman bersoda masih eksis mendominasi. Ayam krispy yang gurih, asin dan bertekstur renyah dan garing sangat cocok bersanding dengan coca cola dingin yang manis menggigit. Begitupun pizza yang cenderung asin memang cocoknya minuman bersoda. Sangat aneh saja jika makan pizza minumnya es teh atau es jeruk, misalnya.

Semakin tua bukannya bertobat, pilihan makanan malah semakin tidak terkendali. Lidah yang sudah terbiasa makanan gurih dan asin membuat nasi gudeg telur bacem atau ayam bacem terasa asing di lidah. Tidak sedikit masyarakat yang menggandrungi drakor dan Kpop terpengaruh menyukai makanan Korea seperti, tteokbokki, corn dog, kimbab dan sebagainya.

Selain itu pengaruh makanan ala Jepang tak pernah lekang di telan jaman. Makanan seperti sushi, takoyaki, ramen, udon, tempura  sangat menggoda untuk dicicipi. Tidak harus ke restoran jepang untuk menikmatinya, setiap sudut jalan yang ramai gerobak takoyaki dan tempura selalu ada.

Tidak lupa menyebutkan makanan kekinian lokal yang menyedot atensi anak muda dan mungkin juga seusia saya yang masih belum bertobat juga untuk mengonsumsinya. Fenomena kemunculan mie gacoan  dengan berbagai level pedasnya, atau seblak yang bikin kaum remaja (putri) berbondong-bondong menikmatinya meski dengan level kepedasan tingkat dewa.

Belum lagi makanan lokal yang mencuri kemerdekaan anak-anak kecil untuk mendapatkan asupan sehat, fenomena balita dan anak-anak mengonsumsi bakso ojek, cireng, cilok, batagor, sosis panggang, bakso bakar, dan makanan minuman kemasan buatan pabrik yang sangat asin dan manis, menyisakan sebuah ironi yang sulit untuk dijawab: tidak adakah regulasi yang membatasi anak-anak dan balita untuk tidak keseringan makan makanan seperti itu? Mengapa? Karena bakso ojek, cireng, cilok, makanan kemasan pabrik dan sebagainya itu kandungan gizinya sangat tidak seimbang. Kandungan karbohidrat tinggi tetapi rendah kandungan protein, vitamin, mineral dan serat. Sebaliknya tinggi lemak jenuh dan tinggi garam.

Satu hal lagi yang harus diwaspadai adalah kemunculan es teh yang dijual dalam kemasan  sudah menjangkau semua lapisan umur dan kalangan. Adakah dari Anda yang belum pernah , setidaknya mencicip es teh jumbo? Saya rasa hampir semuanya pernah tergoda meminum es teh jumbo yang manis, legit, dalam kemasan ergonomis, praktis dan tidak ribet jika masih bersisa dan akan diminum lagi nanti karena es batunya banyak. Cukup letakkan saja, tidak akan bocor dan bisa disimpan di lemari pendingin untuk diminum nanti.

Apa yang tersisa dari warisan kuliner masa lampau? Hanya sebuah cerita dari mulut ke mulut bahwa suatu masa dulu gado-gado, pecel bakmi sangat disukai anak-anak muda. Sekarang? Jarang anak muda masih masih suka memakannya karena terlalu kuno dan ada unsur sayurnya. Anak-anak sekarang kebanyakan tidak suka sayuran.

Kampanye Makan Sehat Hanya Sebatas Jargon Saja

Pada masa kecil saya jargon Empat Sehat Lima Sempurna sangat populer di masyarakat. Hampir semua tahu jargon itu, hampir semua setuju dan menerima. Tetapi masalahnya, seberapa besar tingkat pengetahuan masyarakat tentang Empat Sehat Lima Sempurna?

Setahu saya empat sehat lima sempurna adalah makanan yang sehat itu apabila terdiri dari makanan pokok yang digambarkan nasi, jagung, singkong disesuaikan dengan makanan lokal daerah tersebut; lauk hewani yang digambarkan ayam, ikan, daging, telur; lauk nabati yang digambarkan tempe, tahu; sayuran yang digambarkan seperti bayam, wortel, tomat, kangkung dan sebaginya; buah-buahan yang digambarkan seperti papaya, pisang, nanas, belimbing, duku dan sebagainya; dan akan menjadi sempurna jika dilengkapi segelas susu,  semisal susu sapi).

Konsep empat sehat lima sempurna itu bertahan berpuluh tahun, terlihat baik-baik saja, terlihat bagus dan saya pun termasuk anak yang sangat ingin makan makanan empat sehat lima sempurna itu. Saya yang awalnya tidak suka susu sapi karena baunya amis, mencoba meminumnya meski harus menutup hidung dulu kalau mau menghabiskan segelas susu dancow. Maklum saat saya masih kecil varian rasa susu kaleng tidak sebanyak sekarang.

Seiring waktu, jargon empat sehat lima sempurna dianggap sudah tidak relevan lagi untuk menjawab tantangan jaman. Semakin maju suatu bangsa ditandai dengan meningkatnya kemakmuran masyarakatnya. Salah satu tanda kemakmuran itu adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

Anehnya, masalah gizi masyarakat Indonesia mulai beragam. Angka gizi buruk masih ada, tetapi dibarengi dengan angka gizi lebih yang mulai merangsek naik. Angka penyakit degenerative merebak signifikan. Penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit kanker semakin banyak. Masalahnya dimana? Rupanya masyarakat memaknai Empat Sehat Lima Sempurna hanya dikulitnya saja. Dalam Empat Sehat Lima Sempurna hanya membahas macam makanan tetapi tidak membicarakan soal takaran yang tepat untuk individu yang makan.

Kemudian konsep Empat Sehat Lima Sempurna diganti dengan Tiga Belas Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Buku 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang ini diterbitkan pertama kali tahun 1995. Meskipun begitu gaungnya nyaris tidak terdengar. Baru tahun 2010 mulailah para pakar gizi menerbitkan buku Sehat dan Bugar dengan Gizi Seimbang yang digambarkan dengan logo piramida. Dalam logo piramida tersebut digambarkan piramida paling bawah berisi aneka makanan pokok sumber karbohidrat, kemudian diatasnya mengerucut jenis  sayuran dan buah-buahan, dan puncak piramida diisi jenis lauk hewani dan nabati.

Jargon kampanye makan sehat kembali digulirkan tahun 2011 dengan lebih sederhana yaitu Myplate di Amerika Serikat, meskipun beberapa negara seperti Indonesia masih mempertahankan kampanye makan sehat dengan mirip piramida tetapi lebih melambangkan budaya Indonesia dengan ikon tumpeng gizi seimbang. Meski begitu jargon kampanye my plate akhirnya yang lebih popular sekarang karena konsepnya lebih sederhana. 

Jargon kampanye makan sehat dengan my plate atau isi piringku menjelaskan bagaimana porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50% buah dan sayur dan sisanya 50% terdiri dari karbohidrat dan protein.

Apakah sampai saat ini masyarakat sudah tahu dan mau menerapkan Isi Piringku dalam kehidupan sehari-hari? Saya rasa hanya sedikit orang yang menerapkannya. Bahkan saya pun terus terang secara eksplisit tidak menerapkannya. Meskipun secara konsep saya menyukai Isi Piringku.

Jika ditelan mentah-mentah, penerapan isi piringku terlihat aneh. Bagaimana mungkin dalam satu piring Anda akan membuat garis khayal (macam garis Wallace) seolah-olah dalam permukaan piring itu ada garis batas  makanan mulai dari sumber karbohidrat misalnya nasi, disebelahnya lauk hewani/lauk nabati misalnya ayam dan tempe, di sebelahnya sayuran misalnya sayur kangkung dan buah misalnya apel. Kenyataannya garis khayal itu tidak ada, yang ada Anda akan mencampur aduk makanan-makanan itu dalam satu piring. Bisa saja yang terjadi selanjutnya selera makan Anda mungkin akan berkurang atau hilang sama sekali. Jadi kampanye my plate sangat absurd dalam penerapannya. Oleh karena itu untuk menghilangkan kesalahpahaman masyarakat yang belum paham dengan konsep pola makan sehat lewat Isi Piringku harus terus digencarkan.

Belum lagi perkembangan dunia kuliner yang semakin modern ini membuat jargon kampanye makan sehat semakin lirih gaungnya meskipun saya yakin seluruh pemangku kepentingan dan segenap sumber daya manusia kesehatan dan para pemerhati makan sehat sudah tidak henti-hentinya mengkampanyekan.

Keteladanan dan Contoh Nyata Itu Penting

Kisah tentang bagaimana polisi gendut mendapat teguran oleh komandannya dan dipaksa menurunkan berat badan dengan cara berolahraga adalah upaya yang bagus untuk dicontoh. Demikian juga untuk para tenaga kesehatan sebagai garda terdepan untuk mengkampanyekan pola hidup sehat, termasuk di dalamnya pola makan sehat, sudah seharusnya mulai menerapkan dari lingkungan internal dulu.

Saat ini kegiatan posbindu sudah dilaksanakan secara berkala dan teratur. Hasil dari pemeriksaan posbindu internal itu bisa menjadi tolok ukur dan rekomendasi agar yang bersangkutan mulai menerapkan pola makan yang sehat.

Saya yakin kendala pasti banyak, menurunkan berat badan bukan perkara mudah. Banyak faktor seseorang menjadi kurus, gemuk atau ideal. Tetapi paling tidak tahapan-tahapan pola makan sehat itu menjadi langkah awal untuk menuju hidup sehat paripurna.

Diet adalah bagaimana mengatur makanan yang dimakan dan memilih makanan yang dimakan, bukan melarang makan makanan. Jadi jangan terlalu alergi dengan kata diet. Kemudian diet akan sempurna jika dibarengi dengan olahraga seperti jalan kaki, erobik, berenang, angkat beban dan sebagainya.

Lakukan dari hal-hal yang sederhana dulu, seperti kurangi mengonsumsi karbohidrat sederhana seperti minuman manis, roti, nasi. Ingat ya, bukan menghilangkan tetapi mengurangi. Demikian juga dengan cemilan biasakan sekarang untuk mengurangi porsi camilan gorengan atau keripik dengan menambah porsi buah-buahan segar. Makanan segar mengandung enzim yang akan bermanfaat bagi kesehatan kita.

Tahukah Anda bahwa apapun jenis makanan yang Anda makan memiliki rentang yang berbeda dalam proses cernanya. Buah-buahan hanya butuh waktu 15 menit dicerna, bandingkan dengan sayuran mentah yang butuh waktu 30 menit dan sayuran matang yang butuh waktu 40 menit. Sementara itu  ikan membutuhkan waktu 45 menit, sedangkan ayam membutuhkan waktu 1,5 jam untuk dicerna. Sedangkan daging membutuhkan waktu cerna paling lama yakni 3 jam, sementara minyak butuh waktu cerna 1 jam. Satu lagi yang tidak boleh ketinggalan Anda ketahui adalah air ternyata langsung dicerna oleh tubuh.

Selain itu Anda juga harus mengurangi makanan yang diolah dengan proses pengolahan cukup panjang dan lama, karena akan sulit dicerna juga.

Sekarang yang harus Anda pikirkan dalam memilih makanan adalah semudah apakah makanan yang dikonsumsi dapat dicerna usus? Ini akan menjadi kunci dalam menjaga pola makan yang sehat dan baik.

Kemunculan berbagai kuliner kekinian yang jauh dari kriteria makanan sehat dan banyaknya insan-insan kesehatan yang belum bisa menerapkan pola makan sehat bagi dirinya sendiri dan lingkungan terkecilnya adalah ironi-ironi kecil yang harus segera dikikis sedikit demi sedikit. 

Kuliner kekinian adalah sebuah keniscayaan sebagai bagian dari modernisasi peradapan. Kita tidak bisa menolaknya tetapi bisa mengkondisikannya. Bukankah hanya mereka yang bisa beradaptasi dengan alam yang akan bertahan? Adaptasi bukan berarti ikut arus tetapi mampu mengelola arus dengan bijaksana.

Posting Komentar untuk "Kampanye Pola Hidup Sehat Melawan Gaya Hidup Kekinian : Sebuah Ironi-Ironi Kecil yang Menggelikan"