Kesehatan Lansia: Menata Masa Depan di Usia Senja
Oleh : Woro Merdekawati
Tidak
terasa waktu berjalan begitu cepat. Rambut yang dulu hitam berkilau kini
memutih, kulit yang dulu mulus bercahaya kini mengeriput dan kusam, mobilitas
tinggi kini berganti nyeri sendi yang berkepanjangan.
Kemana
kemudaan yang dulu membanggakan itu? Seperti sirna diterpa angin tak tersisa.
Hanya potret kenangan yang menemani dan menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu.
Masa Tua Adalah Bagian Siklus Hidup yang Indah
Usia
berapa rentang masa seseorang disebut lansia? Menurut Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia seseorang dikategorikan lanjut usia (lansia) jika usianya 60
tahun ke atas.
Menjadi
tua adalah sebuah keniscayaan. Seberapa kuat Anda mengelabui takdir, menua
adalah kepastian.
Tua
adalah awal menuju persiapan tahap hidup berikutnya, yakni menjadi insan
bijaksana, banyak beribadah dan lebih banyak mendengarkan daripada memberikan
perintah.
Tidak mudah menjadi tua. Dahulu, tua artinya istirahat,
tetapi kini tua tetap harus aktif untuk
memastikan dan menjaga syaraf-syaraf
bekerja optimal. Betapa ngeri membayangkan masa tua diisi dengan rasa sakit
karena penyakit akibat ketidakhati-hatian menjaga pola makan sewaktu muda dan
keengganan menjaga kebugaran dengan olahraga.
Cita-cita
orang yang sudah tua hanya satu bisa hidup cukup, tidak macam-macam dan bisa
beribadah dengan khusyuk, syukur-syukur anak cucu perhatian meski hanya sekedar
menanyakan kabar.
Jangan
terlalu banyak tuntutan saat tua, semakin menuntut semakin pikiran tergerus.
Jangan sampai antara harapan dengan kenyataan njomplang. Berpikir seimbang itu
menyehatkan.
Sungguh
menyenangkan menjadi tua. Berarti Anda sudah menjalani fase hidup yang luar
biasa. Andai waktu bisa dihamparkan, bentangan siklus yang Anda lalui mulai
dari masa dalam kandungan, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, sungguh banyak
cerita entah pahit, kecut, hambar dan manis.
Masa
indah yang menggemaskan pasti membuat
Anda terkenang sampai kapanpun. Begitu juga pengalaman pahit, sakit
hatinya masih tersimpan kuat.
Saat
inilah yang terbaik untuk melepaskan segala rasa sakit dan pahit itu. Ya,
membersihkan segala rasa sakit hati di masa lalu akan mampu meningkatkan
kesehatan Anda.
Komunitas Untuk Lansia
Lansia butuh teman karena kebanyakan mereka
kesepian. Saat anak-anak mulai besar dan memiliki kesibukan sendiri, maka ikut
komunitas lansia pilihan yang baik. Jika Anda menyukai berorganisasi maka masuk
dalam sebuah komunitas sangat bagus untuk menyalurkan energi yang masih ada.
Biasanya komunitas dibangun karena kesamaan minat, hobi dan sebagainya. Sebagai
contoh Anda menyukai olahraga tenis atau bersepeda atau bermain musik
tradisional, Anda bisa masuk menjadi bagian komunitas tersebut.
Bila pun Anda tidak ikut komunitas jangan
biarkan diri Anda mengasingkan diri. Tetaplah bergaul meski hanya dengan
tetangga kiri kanan. Berikan sumbangsih pikiran dan tenaga semampu Anda pada
lingkungan. Jika Anda hobi berkebun, lakukan kegiatan berkebun dengan
bergembira. Berikan kesan bahwa Anda warga yang berkontribusi bukan warga yang membuat
beban. Jauhi gosip-gosip tetangga, apalagi menjadi kompor yang selalu bikin panas suasana. Hentikan kebiasaan lama
yang buruk. Bangun kembali kebiasaan baik yang akan membuat Anda dikenang indah
suatu saat kelak.
Tantangan Kaum Lansia
Bagi
kaum lansia tantangan mereka dalam mengisi hari tua memang cukup kompleks .
Masalah yang dihadapi tidak sekedar kondisi fisik tetapi juga psikis, ekonomi
dan sosial.
Masalah
kaum lansia, antara lain:
·
Penurunan
kondisi fisik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa
bertambahnya usia dibarengi dengan penurunan fungsi organ tubuh. Hal itu
dimulai secara perlahan ketika usia sudah melewati 30 tahun ke atas. Ketika usia Anda sudah 60
tahun diperkirakan fungsi organ menurun menjadi 70%.
·
Penurunan
peranan aktif di masyarakat
Sekarang ini banyak peran
orang tua mulai diambil alih oleh orang muda yang dinilai lebih gesit dan
tanggap teknologi. Kaum lansia identik dengan lambat dan gagap teknologi. Orang
muda sekarang lebih pintar, karena peradaban saat ini adalah panggung mereka.
Memang masih ada kaum lansia yang eksis tetapi jumlahnya tidak banyak.
·
Penurunan
pendapatan tetapi kebutuhan semakin meningkat
Sebagian besar kaum lansia
harus menerima kenyataan bahwa pendapatan mereka tidak sebanyak sewaktu masih
muda, sementara biaya yang harus dikeluarkan semakin besar. Mereka harus
memikirkan biaya berbagai pajak seperti listrik, air, kendaraan, PBB, iuran
jaminan kesehatan dan lain sebagainya.
·
Kondisi
psikis yang tidak stabil
Fenomena semakin tua semakin sensitif
memang benar adanya. Hal tersebut secara alami terjadi karena menurunnya produksi
hormon serotonin dan dopamine yang mengatur suasana hati, sehingga orangtua
cenderung mudah tersinggung. Jika tidak dikelola dengan baik akan sangat
mempengaruhi kesehatannya.
Sudahkah Pemangku Kebijakan
Berpihak Pada Lansia?
Jumlah
kaum lansia di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data BPS tahun 2015 menyebutkan terdapat
8,43% penduduk lansia, lalu meningkat
signifikan menjadi 12% pada tahun 2025. Berdasarkan proyeksi BPS pada tahun
2045 jumlah lansia akan meningkat menjadi 20,31%.
Apa
arti prosentase di atas? Artinya pekerjaan Pemerintah untuk memuliakan kaum
lansia semakin besar dan berat.
Selama
ini bagaimana Pemangku Kebijakan telah memperlakukan kaum lansia? Sebagai
subyek pembangunan, obyek pembangunan atau sebatas beban anggaran?
Bagaimanapun
juga negeri ini membutuhkan tenaga kaum lansia untuk berperan aktif dalam
pembangunan. Memberdayakan mereka adalah memperlakukan mereka secara layak dan
manusiawi, jangan sampai Pemerintah berkeluh kesah bahwa kaum lansia hanya
menjadi beban anggaran negara.
Pemerintah telah menyiapkan beberapa program untuk memberdayakan kaum lansia, seperti sekolah lansia, kewirausahaan untuk lansia dan kartu lansia. Harapannya semoga program tersebut segera terwujud dan merata dirasakan kaum lansia seluruh Indonesia.
Bagaimana Menghadapi Usia
Senja?
1.
Gerakan
Peduli Lansia
Beberapa upaya perhatian dari
Pemerintah memang sudah dirasakan oleh
kaum lansia, seperti pemberian bansos, pemeriksaan kesehatan berkala, pemberian
makanan tambahan dan lain-lain. Tetapi itu tidak cukup. Marilah kita
merenungkan sejenak tentang satu hal : seberapa peduli Anda dengan kaum lansia
di sekitar tempat tinggal Anda? Setidaknya bagaimana Anda memperlakukan orang
terdekat yang sudah memasuki masa lansia?
Tidak sedikit kaum lansia merasakan
diskriminiasi hanya karena ketuaanya. Saya pernah melihat situasi itu, dimana
pendapat lansia sudah tidak dianggap atau diabaikan dengan alasan kuno dan
ketinggalan jaman. Konflik keluarga bisa meruncing gara-gara orangtua yang
sudah lansia merasa diabaikan oleh anak atau cucunya. Kaum lansia butuh
sentuhan tulus bukan kata-kata yang menusuk.
2. Mempersiapkan Diri Sedini
Mungkin
Perlunya setiap individu sedini mungkin
mempersiapkan diri sebelum benar-benar memasuki masa lansia. Anda tidak akan
muda selamanya, jadi jangan lupa diri dan menghabiskan segalanya ketika
kejayaan masih ditangan. Mulai rajin menabung dan belajar hal-hal baru yang
bermanfaat akan membuat Anda tidak stagnan di tempat.
3. Jangan
bosan untuk melakukan afirmasi untuk diri sendiri. Afirmasi adalah pernyataan
positif diucapkan secara berulang-ulang, bertujuan untuk mempengaruhi alam
bawah sadar seseorang. Ini penting dilakukan sedini mungkin agar terbiasa dan
menjadi kebiasaan yang baik untuk membangun mental yang positif dan mengurangi
kecemasan.
Untuk menutup tulisan ini ijinkan saya berkata : Menjadi tua bukan soal bertambahnya usia, bukan pula tentang sudah berapa helai uban yang memahkotai kepala. Tua berarti bijaksana, tua berarti kedewasaan bersikap dan bertutur kata. Kelembutan hatimu akan terpancar dari sorot mata nan teduh dan kata-kata halus yang tak menyakiti hati siapapun. Itulah hal terhebat Anda saat benar-benar bertumbuh, menyosong senja kala yang indah.
Posting Komentar untuk "Kesehatan Lansia: Menata Masa Depan di Usia Senja"