Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mencegah Stunting dan Upaya Menciptakan Balita Sehat dan Cerdas : Balada Perjalanan Siklus Hidup

>
 Oleh : Woro Merdekawati

Kampanye tentang pencegahan stunting sudah dilakukan secara gencar lebih dari dua dekade ini di Indonesia. Upaya pencegahan dan penanganan stunting pun sudah dilakukan, tetapi angka stunting masih cukup tinggi. 

Stunting

Secara garis besar pengertian stunting adalah gagal tumbuh kembang seorang anak karena berbagai masalah yang menyertainya. Masalah itu bisa karena penyakit infeksi kronis, kekurangan asupan gizi, lingkungan yang tidak mendukung dan sebagainya.

Stunting tidak terjadi begitu saja. Ketika membicarakan stunting maka perlu memahami bagaimana siklus hidup manusia. Stunting terjadi karena ada bagian dari siklus hidup yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. 

Penyebab Stunting

Berbagai faktor menjadi penyebab buruknya perjalanan siklus hidup manusia dan berakibat stunting, seperti : riwayat penyakit, kurangnya pengetahuan, rendahnya kondisi sosial ekonomi, sulitya menjangkau akses layanan kesehatan, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan dan kondisi sosial budaya.

Seorang calon ibu harus sehat untuk melahirkan bayi yang sehat. Sehat tidak hanya secara fisik saja tetapi juga secara mental, spiritual dan sosial. 

Maka seorang wanita sebelum hamil harus mempersiapkan diri dengan memperbaiki asupan gizinya. Melakukan cek kesehatan untuk memastikan tidak ada riwayat penyakit tertentu yang akan mengganggu kesehatan calon ibu dan  proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

Dukungan keluarga inti dan lingkungan sekitar selama menjalani masa kehamilan akan memperkuat kondisi mental dan sosial calon ibu sehingga bisa menjalani masa kehamilan dengan nyaman dan gembira. Secara spiritual, seorang calon ibu juga perlu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan untuk membentuk ketenangan batin dan rasa syukur.

Seorang calon ibu harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang kehamilan dan pasca melahirkan agar dirinya siap menghadapi berbagai permasalahan yang mungkin terjadi. Disnilah peran tenaga kesehatan untuk membantu calon ibu mendapatkan bekal pengetahuan seputar kehamilan itu. Maka kemudian dibentuklah kelas-kelas ibu hamil. Selain itu calon ibu juga harus pro aktif untuk mencari pengetahuan dengan banyak membaca. Saat ini informasi begitu mudah didapatkan dari buku maupun informasi internet dalam gadget atau ponsel masing-masing.

Masih banyak dijumpai ibu hamil yang harus tetap bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Mereka bekerja di berbagai sektor seperti buruh pabrik, pedagang kecil, karyawan kantor dan lain sebagainya. Tidak semua tempat kerja memberikan toleransi yang ramah untuk ibu hamil. Ini tentu membuat ibu hamil harus menanggung beban fisik dan mental yang dapat menggangu proses kehamilan. 

Tidak semua ibu hamil tinggal di wilayah yang mudah menjangkau fasilitas kesehatan. Wilayah Indonesia sangat luas terdiri dari laut dan daratan dan pegunungan. Wilayah terpencil cenderung jelek infrastuktur akses jalannya. Ini menjadi kendala yang membuat ibu hamil enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Selain itu belum semua fasilitas pelayanan kesehatan memiliki tenaga kesehatan yang memadai dan peralatan yang standar dan lengkap. Ini juga mempengaruhi upaya  mendeteksi sedini mungkin jika terjadi masalah kesehatan ibu dan janin.

Kondisi sosial budaya masyarakat berpengaruh signifikan terhadap stunting. Jaman dulu ibu hamil dan menyusui harus menerima kenyataan berpantang makan makanan tertentu yang justru merugikannya. Sekarang budaya berpantang makanan tertentu itu sudah mulai berkurang seiring semakin meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan. Namun begitu praktek-praktek tersebut diyakini masih ada. Selain itu masih dijumpai penolakan-penolakan untuk menjalani imunisasi dengan alasan tertentu sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu hamil dan bayinya.

Balita Sehat dan Cerdas

Merupakan dambaan setiap keluarga bila memiliki balita yang sehat dan cerdas. Setiap ibu dan ayah akan membanggakan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka. Begitu juga nenek dan kakek akan sangat bersemangat saat menceritakan kelucuan dan kecerdasan cucu-cucnya.

Hal itu bisa terjadi jika kondisi bayi sehat dan tidak mudah sakit. Bayi yang sehat ditandai dengan gerak aktif, pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan tahap-tahap yang seharusnya. Pemantauan tumbuh kembang bisa dilakukan ibu dan keluarga melalui buku KIA yang diberikan pada setiap ibu hamil yang memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Mintalah buku KIA jika belum mendapatkannya. 

Balita  yang sehat dan cerdas  tercipta dari bayi yang tidak mengalami gagal tumbuh atau stunting. Agar balita tidak mengalami tumbuh kembang maka perlunya mengawal proses pertumbuhan dan perkembangannya mulai dari hulu sampai hilir. 

Pengawalan itu dimulai dari jauh sebelum masa pra konsepsi, bahkan dimulai saat masih remaja. Remaja putri sebagai titik start (hulu) dimulainya perjalanan pengentasan stunting. Remaja putri yang sehat kelak akan menjadi calon ibu yang sehat pula. Sebaliknya remaja putri yang punya masalah kesehatan seperti mudah sakit-sakitan, kurang gizi, anemia, kelak akan melahirkan anak yang stunting. Alangkah baiknya jika masalah ini bisa diatasi sedini mungkin.

Kemudian perjalanan siklus hidup itu berlanjut saat remaja putri telah beranjak dewasa dan siap untuk menggapai jenjang pernikahan. Pada titik pra konsepsi ini perlu adanya pembekalan yang cukup untuk mempersiapkan diri menjadi calon orangtua yang berkualitas. 

Perlunya untuk melakukan tes kesehatan dan cek laboratorium untuk memastikan kondisi kesehatannya baik-baik saja. Seandainya terjadi masalah maka bisa ditangani sesegera dan sedini mungkin. Peran pemangku kebijakan sangat penting di sini. Bagi pasangan yang mempunyai masalah kesehatan dan masalah gizi untuk mendapatkan pemantauan khusus melalui instansi terkait. Dalam pemantauan ini harus ada kerjasama yang baik antara petugas dan pasangan yang bersangkutan. 

Setelah masa konsepsi hingga terjadi proses kehamilan maka inilah titik kritis selanjutnya yang harus diperhatian oleh pasangan dan keluarganya. Ada masa emas yang tidak bisa terulang kembali yang disebut 1000 hari kehidupan seorang manusia, yaitu sejak dalam masa kandungan hingga dua tahun setelah bayi dilahirkan. 

Pada masa-masa tersebut seorang calon ibu seharusnya  mendapatkan penjagaan dan perlakuan istimewa. Calon ayah harus memastikan segala kebutuhan yang diperlukan selama kehamilan tercukupi. Calon ayah harus paham tentang asupan gizi dan sulemen apa saja yang harus dikonsumsi. Calon ayah  harus tahu tentang nutrisi super penting apa saja yang harus dikonsumsi istrinya selama kehamilan. Calon ayah harus belajar apa itu asam folat, zat besi, kalsium, vitamin D, vitamin A dan zat gizi lainnya. Kelas ibu hamil bukan monopoli kelasnya ibu saja tetapi para calon ayah dan calon kakek dan calon nenek harus mengikuti sesi tersebut.

Masa-masa dimana urusan kehamilan ditumpukan pada calon ibu saja harus mulai ditinggalkan. Hubungan antar sesama keluarga seharusnya semakin erat. Jangan sampai terjadi kasus dimana pernah terjadi kasus seorang menantu yang sedang hamil yang tidak bisa makan dua kali porsi karena merasa tidak enak hati dengan ibu mertuanya yang judes. 

Fase yang tidak mudah selanjutnya adalah masa pengasuhan bayi hingga bertumbuh menjadi balita. Dalam masa dua tahun pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan ada masa-masa pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan, kemudian pemberian makanan tambahan yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi dan teksturnya. Setelah dua tahun, anak akan mengenal makanan sendiri, punya kemandirian untuk memilih makanan dan menolak makanan. 

Pola asuh yang tidak tepat sering menjadi penyebab utama penurunan kondisi kesehata balita yang mengganggu proses tumbuh kembangnya. Latar belakang ibu balita tidak sama. Ada ibu yang harus bekerja di luar rumah, mungkin menjadi buruh pabrik atau karyawan, sehingga menitipkan anaknya pada kerabat atau pengasuh lain. Ketidaksepahaman tentang pola asuh yang baik membuat pengasuhnya memberikan makanan atau minuman yang tidak seharusnya diberikan. Prinsip yang penting diam, tidak nangis dan tidak bikin keributan, membuat pengasuh menuruti kemauan anak memilih jajanan yang tidak sehat. Akibatnya anak mudah sakit karena infeksi pencernaan dan sebagainya.

Orkestrasi Balada Siklus Hidup 

Mengelola stunting ibarat memainkan orkestrasi yang membutuhkan harmonisasi komposisi semua perangkat yang ada agar hasil akhirnya optimal. Butuh kolaborasi semua pihak untuk memutus mata rantai stunting. Permasalahan stunting bukan hanya soal kesehatan saja, ada masalah sosial, ekonomi, pangan, budaya, agama, pendidikan dan sebagainya.

Mengelola stunting membutuhkan sentuhan seni dari setiap jiwa. Sebagaimana siklus hidup manusia yang panjang, untuk menangani stunting butuh waktu yang panjang, kesabaran dan tidak ada formula instan yang mampu menyulap sekian persen angka stunting menjadi nol koma persen apalagi zero persen.

Langkah pertama untuk menurunkan stunting tetap dimulai dari balik pintu setiap rumah tangga. Menyadarkan setiap warga untuk saling menjaga diri, tidak mengabaikan masalah kesehatan dan menjaga kesebersihan lingkungan agar tidak mudah terpapar penyakit.

Langkah kedua, meningkatkan kepedulian sesama tetangga untuk senantiasa saling mengingatkan tentang pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak dan lingkungan.

Langkah ketiga, diperlukan pimpinan dari tingkat desa hingga tingkat pusat yang responsif, responsibel dan hadir di tengah masyarakat melalui kebijakan  di bidang kesehatan, pangan, sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain  yang mendukung pemberantasan stunting.

Langkah keempat, orkestrasi pemberantasan stunting melalui pengawalan setiap titik siklus hidup ibarat bait-bait yang tersurat dalam balada. Tidak bisa setengah-setengah, apalagi hanya untuk pencitraan, lip service, dan seremonial. Butuh peralatan dan sumber daya manusia yang memadai, tetapi lebih dari itu adalah kehadiran seorang konduktor hebat yang mampu mengoordinir, mengatur ritme, mengatur dinamika agar tercipta harmonisasi dan hasil yang optimal.

Posting Komentar untuk "Mencegah Stunting dan Upaya Menciptakan Balita Sehat dan Cerdas : Balada Perjalanan Siklus Hidup"